❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Karena kemarin ada tugas INA dari Pak Trijoto suruh bikin CERPEN, makanya aku bikin, tapi isinya agak frontal, dan sedikit kagak nyambung, harap maklum lagi ya. Silakan baca ...
WHATEA VERSUS ALOGHA
Matahari mulai melihatkan sinarnya, pagi itu awan diatasku agak hitam, udara disekitar menusuk – nusuk tulangku. Disturber, sebutan bagi jam bekkerku, sudah menunjukan angka 06.45. Pagi itu aku baru saja bangun dari tidur lelap yang menurutku sangat sebentar, wajar saja tadi malam aku harus menyelesaikan tugas resensi buku yang tebalnya hingga 1021 halaman hingga pukul 02.11 dini hari. Aku segera melepaskan selimut tebal yang masih menggulung tubuh kecilku, untuk segera mencuci muka. Air bak mandi yang tadi malam masih hangat kini menjadi seperti air es di kutub, akupun memutuskan untuk tidak mandi saja. Persiapan pagi hari yang agak panjang kulewati dengan sangat singkat mengingat aku harus sampai di sekolah tepat waktu.
Aku sampai di area parkir pukul 06.58, “ Mepet banget inih. “ batinku dalam hati. Selesai memarkirkan si Unyu, sepeda yang selalu mengantarkanku ke sekolah tiap hari, aku segera berlari kecil menuju gerbang sekolah yang letaknya sekitar 15 meteran dari area parkir dengan diiringi nada bel masuk sekolah yang menurutku sebagai pertanda aku kalah atau menang. Kurang 5 meter bel itu masih bisa kudengar, namun si Pak Item, satpam di sekolahku sudah menutup pintu gerbang tanpa pandang bulu.
“ Wah, kalah, kalah nih, Pak Item ngalahin aku. ” bisikku kesal.
Aku dan teman lain yang terlambat, terpaksa harus menunggu di luar sekolah sampai Mr. Headmaster, sebutan bagi kepala sekolah di St. Francis JHS, datang. Memang tidak mutu, namun bagaimana lagi, beginilah peraturan yang ada di sekolah yang aku tempati. Pak Kepala membuat semua peraturan ini, warga sekolah harus datang sebelum pukul 07.00 namun beliau sendiri justru boleh datang seenaknya. Apakah ini semua adil? Beginilah keadaan sekolah yang berstatus SBI dan punya segudang prestasi akademik maupun non-akademik yang selalu dibangga – banggakan. Kami yang terlambat, ditentukan dengan keberangkatan Mr. Headmaster untuk dapat masuk ke sekolah.
Lebih dari 1,5 jam berlalu, Mr. Headmaster baru menunjukan batang hidungnya. Kami harus segera berdiri dan menyambut kedatangan beliau. Sebagai kepala sekolah yang katanya bijak, beliau langsung mengajak kami masuk ke sekolah, namun kami tetap saja digiring ke ruang BK seperti biasanya. Semua yang terlambat mendapatkan hukuman menyapu halaman sekolah, tambahan score keterlambatan dari BK dan sebuah kalung dari kardus yang bertuliskan ~ SAYA NGARET ~, kalung itu harus dipakai sampai pelajaran sekolah selesai. Berbagai nasehat BK berhembus panjang di telingaku.
***
Bel berbunyi 3 kali, menunjukan waktu istirahat. Kalung ~ SAYA NGARET ~ masih kupakai erat di depan dadaku. Kalung bertuliskan ~ SAYA NGAERT ~ yang sedang kupakai ini nampaknya sudah menjadi hal yang biasa di St. Francis JHS.
Seperti biasa aku dan sahabatku, Fara, mengerjakan soal – soal MIPA di aula sekolah. Soal MIPA seperti ini memang selalu dikerjakan di waktu istirahat bagi siswa yang mendapat rangking raport posisi 1 – 3. Sejak kelas VII aku dan Fara selalu bersaing dalam bidang akademik. Jika aku rangking I, maka Fara rangking II, begitu juga sebaliknya. Namun hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa bagi kami berdua.
***
Sepulang sekolah, siswa kelas IX masih ada les ( jam tambahan ) di sekolah. Aku dan teman – teman kelas IX A+ yang tadi pelajaran Fisika di laboratorium atas segera kembali ke kelas. Ada waktu 30 menit bagi kami untuk ISHOMA.
Azia, cewek centil dari kelas IX E datang ke kelas IXA+ untuk menjemput pacarnya, Regha. Mereka sudah berpacaran dari kelas VIII. Azia selalu mendatangi Regha duluan, mungkin itu karena Azia saking cintanya pada si Regha. Wajar saja, Regha adalah cowok ganteng yang merupakan atlet basket internasional. Sampai – sampai Azia membuat singkatan nama cinta mereka dengan “ ALOGHA alias Azia Love Regha ”. Namun, kelas IX A+ justru telah membuat kelompok yang tidak setuju terhadap tingkah Azia dan Regha, yaitu
“ WHATEA alias We Hate ALOGHA ”. Wajar saja, tingkah ALOGHA, sangatlah over, di manapun, kapanpun, si Azia harus bersama dengan Regha, sehingga jika ada tugas kelompok dan kebetulan kelompok itu mendapatkan si Regha, si Azia pasti ada di situ dan membuat keributan yang tak jelas. Si Regha juga tak berbeda, jika Azia tak ada di sampingnya, ia ribut dulu untuk mencari Azia. Lalu saat mereka pacaran, model pacaran ALOGHA menurut kami, para WHATEA, sangatlah frontal. Mereka colek – colekan , berpelukan, berciuman, bahkan salah satu warga kelas IX A+ ada yang pernah melihat ALOGHA hampir saja berbuat mesum di kelas IX A+ saat CCTV kelas dalam keadaan off. Namun kami tidak boleh melapor ke Mr. Headmaster oleh ALOGHA, mereka mengancam akan bunuh diri bersama dan sebelumnya mereka akan merusak nama baik kelas IX A+ yang merupakan kelas terunggul dan juga kelas IX E, kelas hunian Azia.
“ WHATEA alias We Hate ALOGHA ”. Wajar saja, tingkah ALOGHA, sangatlah over, di manapun, kapanpun, si Azia harus bersama dengan Regha, sehingga jika ada tugas kelompok dan kebetulan kelompok itu mendapatkan si Regha, si Azia pasti ada di situ dan membuat keributan yang tak jelas. Si Regha juga tak berbeda, jika Azia tak ada di sampingnya, ia ribut dulu untuk mencari Azia. Lalu saat mereka pacaran, model pacaran ALOGHA menurut kami, para WHATEA, sangatlah frontal. Mereka colek – colekan , berpelukan, berciuman, bahkan salah satu warga kelas IX A+ ada yang pernah melihat ALOGHA hampir saja berbuat mesum di kelas IX A+ saat CCTV kelas dalam keadaan off. Namun kami tidak boleh melapor ke Mr. Headmaster oleh ALOGHA, mereka mengancam akan bunuh diri bersama dan sebelumnya mereka akan merusak nama baik kelas IX A+ yang merupakan kelas terunggul dan juga kelas IX E, kelas hunian Azia.
***
6 bulan berlanjut, ALOGHA masih saja tak berubah. Justru ALOGHA sering tertangkap basah masuk kamar mandi berdua, entah apa yang mereka lakukan. Memang urusan ALOGHA bukanlah urusan WHATEA, namun kami para WHATEA merasa risih terhadap perlakuan ALOGHA yang lama kelamaan kian menjadi – jadi. Kami, WHATEA, tak ingin juga ALOGHA menyesal di kemudian hari.
1 bulan lagi UN bagi siswa SMP dimulai. Sudah 24 kali Try Out diadakan oleh St. Francis JHS untuk mengetahui seberapa kemampuan siswa kelas IX. Namun nilai ALOGHA tetap saja termasuk dalam kategori rendah, padahal sebelum berpacaran dengan Azia, Regha termasuk anak yang sangat pandai, karena dia juga anak program akselerasi. ALOGHA dan anak lain yang masih dalam kategori rendah sering dipanggil ke ruang BK untuk penyelesaian masalah, namun saat di sana ALOGHA justru bersifat kalem, sehingga guru – guru tak mengetahui sikap Azia dan Regha yang sebenarnya.
WHATEA IX A+ memutuskan untuk mengadukan tindakan ALOGHA kepada BK.
“ Kami semua takut jika masalah antara Azia dan Regha akan mempengaruhi konsentrasi kami saat menghadapi UN Pak, lagipula ini semua juga demi kebaikan Azia dan Regha. ” kata ketua kelas IX A+ sambil meyakinkan Pak Caleb.
Pak Caleb berkata akan menampung dulu laporan kami, namun semua menunggu kebijakan dari Kepala Sekolah.
“ Lagi – lagi Mr. Headmaster, kagak bakalan selesai nih urusan kalau nunggu kebijakan kayak gitu. ” kataku dalam hati sambil meredam emosi.
“ Mohon maaf Pak, kalau seperti itu caranya sampai kapan urusan ini bisa selesai? Kami sudah tidak betah lagi Pak. Apa Bapak mau, semua anak St. Francis JHS mengikuti tindakan Azia dan Regha? Jika Bapak tidak percaya terhadap kami, Bapak bisa menghidupkan
CCTV kelas IXA+ setiap waktu, Bapak bisa menemukan perbuatan yang mereka lakukan di situ. ” protes ketua IX A+ dengan sopan.
“ Baik, baik, saya akan membicarakan masalah ini dengan kepala sekolah, namun jika mau mengadu seperti ini saya harus membuat proposal dulu. ” kata Pak Caleb seraya melihat ke arah jam. “ Maaf, saya ada urusan pembinaan guru BK di Aula. Besuk segera saya buat proposalnya. ” kata Pak Caleb seraya meninggalkan ruangan yang dipenuhi oleh WHATEA.
“ Tuh kan ribet, pakai bikin proposal segala, ALAY tuh Pak kepala. ” bisikku pelan.
“ Iya ih, kagak mutu, Cuma mau ngelaporin kayak gini aja pakai proposal segala. Kayak ngajuin program OSIS aja, ALAY. ” kata Fara dengan spontan yang tak sengaja mendengar omelanku.
***
3 minggu semenjak pengaduan masalah ALOGHA pada BK, baru terdengar berita – berita tentang ALOGHA di bibir guru – guru St. Francis JHS. WHATEA merasa sedikit lega, karena Pak Caleb ternyata memang benar – benar mau membantu masalah mereka. Sejak saat itu, ALOGHA dan WHATEA sering dipanggil ke ruangan Mr. Headmaster untuk dimintai keterangan. Kami semua sama – sama diintrogasi di ruangan gelap yang hanya diterangi sebuah api pada lidi yang dibakar. ALOGHA didesak untuk mengakui perbuatan mereka, tapi awalnya mereka justru ber-acting seolah – olah tak mengetahui masalah itu, justru mereka berkata bahwa WHATEA telah menfitnah ALOGHA.
“ Semua itu tidak benar Pak, mereka memfitnah kami. ” kata Regha dan Azia kompak seraya menunjukan jari telunjuk mereka ke arah WHATEA.
“ Lalu, apa kalian tahu ini? ” kata Mr. Headmaster dengan tegas seraya menunjukan kotak kaset CCTV kelas IXA+ yang berisi semua perbuatan tak baik ALOGHA dan menayangkan isi videonya di laptop yang sudah disiapkan Mr. Headmaster.
“ Ap ... apa? Ttt ... ta ... pi Pak, kami tak melakukan semua itu. ” kata Regha dengan tergagap – gagap.
“ Kamu masih mau mengelak? Apa ini tidak cukup sebagai bukti? ”
WHATEA menjelaskan semua perbuatan tak baik ALOGHA pada kepala sekolah dengan detail. Azia hanya tertunduk malu dan diam tanpa kata.
***
Walaupun masalah ALOGHA telah diketahui, sekolah tetap memberikan score BK, namun tetap menyemangati ALOGHA, mengingat ALOGHA akan segera menghadapi UN. Azia dan Regha menyesali perbuatan tak baik yang telah mereka lakukan pada diri mereka masing – masing. Mulai dari introgasi oleh kepala sekolah itu, kini Azia dan Regha justru intropeksi diri masing – masing dan fokus belajar tekun dalam menghadapi Ujian Nasional ( UN ).
Semenjak introgasi yang dilakukan kepala sekolah, membuatku menjadi berbalik arah dalam menilai seorang sosok Mr. Headmaster yang selama ini aku remehkan dan selalu aku olok – olok. Dalam introgasi penyelesaian masalah antara WHATEA dengan ALOGHA yang lalu beliau menunjukan keadilan dan kebijakannya dalam menjadi seorang pemimpin.
Hari – hari pengerjaan soal UN pun tiba. Kini seluruh siswa kelas IX St. Francis JHS sedang mengerjakan soal UN IPA. Wajah – wajah gembira dan semangat timbul di setiap raut wajah anak kelas IX, tak terkecuali Azia, Regha, dan anak – anak IX A+.
***
Awal bulan Juni 2012, St. Francis JHS dipenuhi oleh orang tua dari tiap – tiap siswa kelas IX. Hari itu adalah hari pengumuman kelulusan Ujian Nasional siswa kelas IX St. Francis JHS.
Jantungku berdetup kencang tak seperti biasanya, sangat cepat, benar – benar cepat saat namaku disebut sebagai Juara Umum Pertama Ujian Nasional 2012 di St. Francis JHS dengan nilai NEM 39,60 meliputi INA : 9,8; INGGRIS : 9,8; MATEMATIKA : 10,00; IPA : 10,00. Selain menjadi juara umum di sekolah, ternyata aku juga mendapat juara umum untuk tingkat Nasional. Beribu kata “ Terima kasih Tuhan ... ” kuucapkan sebagai tanda rasa syukurku. Sahabatku, Fara, menduduki peringkat Juara Umum ke – 2, dengan NEM yang tak jauh berbeda denganku, yaitu 39,45. Perasaan bahagia tak hanya datang padaku dan Fara, namun juga pada semua teman – temanku, semua siswa St. Francis JHS lulus 100 % dengan rata – rata UN tertinggi se – Indonesia yaitu 37,45. Pemandangan yang sama terlihat pada hati Azia dan Regha, Azia mendapatkan NEM 38,10, sedangkan Regha mendapatkan NEM 39,00.
~ TAMAT ~
Kalau suka boleh ngopy, santai aja, tapi jangan lupa kasih credit, okay!
Makasih.
Makasih.
0 komentar:
Posting Komentar